Sunday 23 November 2014

TITIK TERANG

Dua  bola mata dikepala manusia selalu memberikan persepsi berbeda kedalam isi kepalanya yaitu otak. Beberapa manusia dituntut untuk melihat indahnya fatamorgana dunia fana, adapun yang dituntut untuk melihat kerasnya dunia hingga bisa merasakan sakitnya hidup. Dua bola mata dikepala selalu terbuka, tapi belum tentu mata dalam hati bisa melihat. Dua bola mata dikepala bisa melihat dunia yang indah ataupun yang keras, tapi mata hati hanya bisa melihat sinar keindahan lebih daripada dunia. Mata hati yang bisa menuntun fungsi jalan anggota tubuh menuju titik terang dalam hidup. Dikala seseorang yang benar-benar menggunakannya akan mengerlipkan matanya berkali-kali seolah-olah tak percaya akan apa yang dirasakan dan dilihatnya kala itu. Hingga membuat garis melengkung lebar dibibir tanda puas bahkan air mata yang jatuh kemudian mengalir. Mungkin itu bahagia. Ya, titik terang itu adalah bahagia.
Semua orang bisa menggunakannya, jika mereka bisa melindungi mata hatinya dari besarnya kabut beserta debu yang akan menutupinya, bahkan membutakannya. Buta yang menyebabkan orang tersebut tersesat dari titik terangnya. Terkadang mereka bisa bahagia tanpa titik terangnya, artinya ia bahagia dalam kegelapan. Sehingga mereka hanya bisa melihat dengan kedua bola mata dikepalanya saja yang hanya bisa melihat KEBOHONGAN. Pengubah kebaikan menjadi keburukan, kebajikan menjadi kemunafikan, keindahan menjadi kerusakan. Atau sebaliknya.
Bernafas dapat dilakukan semua insan. Tapi, sadarkah mereka apakah yang dihirupnya udara segar? Entahlah.. rasanya seperti itu, tapi mungkin kenyataannya tidak. Tampak sehat paru-paru serta jantungnya, tapi mungkin saja sebaliknya.
Sepertinya kesadaran paling dalam manusia ada pada titik paling rendah dalam dirinya. Ketika mata hati kala itu benar-benar tertutup. Air tak lagi dapat mengalir dari kedua bola matanya. Bahkan, ketika kedua bola matanya tak lagi bisa melihat, walaupun hanya bisa melihat layaknya sebatas cermin. Dimana mereka baru bisa merasakan benar-benar “tersesat”. Melambai-lambaikan tangan berharap ada yang menuntun dan menggandeng untuk mengeluarkannya. Padahal, tak ada seorang pun yang bisa menuntunnya karena mungkin tak banyak juga orang yang bisa melihat.
Kini hanya percobaan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencari titik terang, karena mungkin barangkali lelah yang dapat menyentuh titik paling rendah dalam insan.

Wednesday 16 July 2014

Calon catatan akhir tahun


Rasanya memang sebentar untuk menempuh sekolah 3 tahun. Tak kerasa. Ada suka, ada duka. Pasti banyak orang yang berkata demikian. Tapi, beda halnya gua. Ada masanya dimana waktu itu terasa lama dan ada masanya waktu terasa sebentar. Entah kenapa, ketika mendapat kenikmatan, waktu seperti singkat. Tapi, ketika mendapat kesulitan rasanya amat sangat lama walaupun masa sulit lah yang kelak membawa masa kenikmatan.

Masih sisa satu tahun lagi bagi gua. Berada di tempat yang gua (paksa) rasa nyaman. Disini, dimana gua mulai mendapat banyak pelajaran. Ya, pelajaran ekstrak. Tapi, ada hal lain yang menurut gua itu pelajaran “menarik” yaitu pelajaran hidup. Tidak sedikit gua menerima pelajaran hidup yang justru lebih banyak daripada pelajaran ekstrak. Padahal tujuan gua disana untuk mendapatkan pelajaran ekstrak. Justru Allah memberikan gua lebih dari hanya sekedar pelajaran kelas biasa. Ya, ini tak akan pernah didapatkan didalam kelas.

2 tahun yang lalu, gua menemukan berbagai macam adaptasi baru. Dan sebenarnya gua adalah seorang adaptor yang sangat buruk. Awal yang sulit bagi gua untuk bergaul dengan orang-orang baru, tapi pikiran gua yang memaksa untuk berbaur dengan mereka. Tempat baru, orang baru, pelajaran baru, makanan baru, hidup baru. Ya, semua serentak terasa beda dari 3 tahun sebelumnya yang gua rasakan dipondok waktu smp (karena gua gak pernah bilang tempat ini pondok). Gua bertemu dengan orang-orang yang luar biasa menurut gua. Menarik perhatian gua untuk dekat dan akrab dengan mereka. Yang membuat gua berubah drastis 360 derajat dari 3 tahun sebelumnya. Awal tahun memang terasa nikmat bagi gua. Hingga tahun-tahun selanjutnya yang memberi gua banyak ujian. Mungkin bukan hanya gua yang menganggap ini ujian, tapi semua teman-teman gua.

1 tahun yang lalu, hampir gua tidak pernah mengurus hidup gua sendiri. Semua gua bebankan pada diri gua sendiri. Urusan bersama. Amanat gua. Tanggung jawab gua. Gua bisa bilang ini adalah tahun sulit bagi gua. Menemukan jati diri gua dimata orang lain. Entah kenapa gua terlambat untuk mengetahui diri gua sebenarnya. Semua keburukan gua muncul di tahun ini, dan gua hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak gua. Yang hanya bisa menolong gua hanya Allah SWT. Gua semakin jauh dari kebaikan, semakin dekat dengan keburukan. Tapi rasanya gua masih mau mengulang tahun ini, gua masih mau menantang waktu. Tapi apa boleh buat, gua perlu harus meningkat dari sebelumnya. Di tahun inilah gua diuji untuk persiapan untuk kehidupan sebenarnya kelak. Harta, pekerjaan, tanggung jawab, dan wanita. Semua tidak mudah tuk dihadapi, gua hanya bisa menjalani. Apa boleh buat gua hanya manusia biasa hanya bisa berusaha. Dari keempat konsep itu baru gua dapatkan “lengkap” pelajarannya setelah gua naik kelas.

Tahun ini, tahun depan, batin gua mengatakan ada banyak hal yang lebih “serius” lagi untuk dihadapi dan diselesaikan. Gua akan mendapatkan banyak cobaan serta rintangan. Entah gua akan terjerumus dalam lubang “lagi” ataupun tidak. Gua akan bertemu dengan orang-orang lama tapi mereka akan menjadi “baru”. Layaknya gua harus asah pedang gua kembali. Siap menebas musuh atau diri sendiri. Hanya kenikmatan sementara yang bisa menebas diri sendiri. Darimana gua mendapatkan prediksi ini? Entahlah, mungkin hati nurani lagi yang membisik.




Saturday 17 May 2014

Selama hidup didunia baru kali ini gua merasakan yang namanya berharap lebih. Entah dari mana lagi perasaan begitu muncul ke gua. Yang gua tahu, perasaan suka sama orang lain ini udah begitu lama gua rasain. Tapi kenapa anehnya sekarang yang bikin gua terbujuk untuk merasakan apa yang teman – teman gua rasakan. Mungkin bisa dibilang wajar untuk remaja seumuran gua yang masih labil. Tapi setahu gua selama gua masih punya perasaan suka gua masih bisa menahan diri.

Gua sampai sekarang masih bisa membedakan rasa suka dari dalam hati (dibaca cinta) sama perasaan nafsu. Gua bisa membedakan itu, tapi ada rasa takut dari diri sendiri kalau ini adalah Cuma nafsu belaka. Gua nggak mau ketika gua pacaran terus gua Cuma punya rasa nafsu aja. Orang – orang yang pacaran pasti bilang itu bukan nafsu. Tapi menurut gua itu adalah nafsu terbesar dari seumuran bocah ingusan yang baru menginjak remaja.

Gua bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dalam pacaran. Entah darimana gua bisa rasain. Dan gua mengabaikan ini begitu saja. Sampai akhirnya gua bisa kepikiran dan terbujuk (karena mungkin terlambat jadi bocah akil baligh). Gua emang tahu orang yang “katanya suka” sama gua. Terkadang gua kasih respons yang berbeda untuk orang-orang tersebut sehingga banyak orang yang salah tanggapan tentang perasaan gua ini. Padahal, kalau orang itu suka sama gua dan gua suka sama dia (sama-sama suka), gua kasih respons yang lebih. Tapi entah oorang masih saja salah tanggapan, kalau gua orang yang gak punya respons perasaan ke orang lain. Dan pada akhirnya entah orang itu masih suka sama gua atau nggak.

Gua suka cari-cari topik untuk mendekatkan diri sama orang yang gua suka, tapi karena gua orang yang gampang minder kalau diolokin akhirnya usaha kayak gitu gagal. Ternyata sifat pemalu dan minder gua belum juga hilang dari kecil -_-

Sekarang yang hanya bisa gua lakukan Cuma berharap dan berharap. Gak seperti teman-teman gua yang berani pinbdah dari satu hati ke hati yang lain, yang dari situ membuat gua terbujuk untuk mencoba melakukan “itu”. Gua coba alihkan perasaan gua ke kegiatan lain yang membuat gua lupa akan pikiran labil ini. Bagaimana pun caranya, gua punya tujuan dan hasil yang jelas dari “kelabilan” ini.

Mungkin gua emang bodoh untuk hal seperti ini, bagaimanapun suka itu sifat alamiah semua orang lain. Gua bisa ngotot kalau ada orang yang melarang gua punya perasaan suka ke orang lain, karena ini fitrah Allah gak mungkin gua membunuh perasaan sendiri walaupun itu nafsu, yang utama setidaknya gua masih bisa mengendalikan siapapun yang akan menjadi milik gua, dan sekali lagi untuk orang yang (akan) gua cintai, dia akan gua lindungi sekuat tenaga gua. =D

Dan terima kasih untuk orang-orang yang telah mengakui gua ada, walaupun gua hanya apa adanya. 

Thursday 8 May 2014


Satu dua langkah boleh maju
Menjauhi gasis awal niat tekad untuk berpacu
Berlari menghindari keterlambatan waktu
Keterlambatan waktu yang menghalangi harapan yang baku
Waktu yang memboikot jalan dengan batu si penjatuh

Harapan yang hanya sekedar berharap untuk dianggap ada
Jasmani yang terlihat tapi jiwa yang tak terlihat
Jiwa yang ada di masing-masing benak orang
Untuk dianggap ada dalam kenyataan
Bukan hanya sekedar debu yang berterbangan tak tahu arah

Meski harapan besar tanpa cinta bagaikan pohon tanpa akar
Ia ada tapi takkan dapat hidup dengan tegar
Kecil tak terlihat tapi bisa menjadi sesuatu yang sangat besar
Bukan seperti jiwa yang tampak tetapi abstrak walau orang lain sadar
Menganggap tak ada karena sesuatu yang tak wajar

Hampir 17 tahun bernafas di waktu yang sama
Mengenali tajamnya kerikil derita, mensyukuri segarnya udara
Mengerti sedikit arti cinta
Bukan karena bergandeng tangan berdua 
Tapi karena pelajaran mereka yang mengajarkan cara untuk menjadi dewasa

Biarkan orang lain menutup matanya rapat-rapat untuk diri kita
Masih ada udara yang masiih mau menghargai dan menerima
Jalannya nafas dalam jantung untuk jiwa raga
Sakit memang terasa tapi ini masih dunia fatamorgana
Takkan ada yang mengalahkan nikmatnya surga

Terima kasih kepada kalian yang mau menerima saya apa adanya
Walau tak sepatah kata kau ucap di hati kau belum menerima
Setidaknya kau telah melihat saya ada
Ada hanya untuk sementara
Entah berapa waktu lagi Tuhan memberikan udara

Harapan dalam hati saya hanyalah satu
Melindungi orang-orang yang saya cintai dan yang (akan) saya cintai
Walaupun nyawa menjadi taruhannya
Belum seberapa cinta yang saya berikan untuk orang yang saya sayangi
Tuhan pasti lebih tahu apa yang masih saya niatkan.




Saturday 26 April 2014

    Ditengah nikmaatnya kebebasan orang selalu melupakan jalan yang lurus. Namun ketika kebebasan tersebut diraup kembali oleh orang-orang yang lebih berwenang, mau tak mau kepalan emosilah yang justru ditahan. Setiap manusia memang punya kesalahan, tapi guna dari kesalahan-kesalahan manusia tersebut bukan untuk diungkit-ungkit ataupun diumbar-umbar. Pemegang kewenangan terbesar apabila berselisih atau bertengkar mungkin melampiaskan emosi kepada bawahannya. Hal yang lumrah tapi sulit tuk diterima.
Kebenaran itu harus diterima walaupun itu sulit. Amanat harus dipertanggung jawabkan walaupun pahit. Menjadi baik & benar tak semudah yang dipikirkan. Adaptasi akan menjadi hal yang sulit tuk dilakukan. Walaupun orang baik mengatakan untuk menjadi orang baik & benar itu mudah, mungkin mereka sudah menjadi orang yang paling benar dari awal dan akan terus memaksa orang yang kurang baik untuk berubah.
Orang punya hak untuk marah ataupun emosi apabila kesenangannya direnggut oleh orang yang lebih berwenang diatasnya. Toh, yang merubah seseorang itu justru dirinya sendiri. Jika orang memaksa kehendak orang untuk merubah, yang pasti terjadi orang tersebut akan melampiaskan dendamnya, dan justru akan merubah dirinya menjadi bertambah buruk.
Selagi masih memiliki keinginan belajar untuk hidup, apa salahnya orang itu berbuat salah selagi salahnya itu masih bisa diperbaiki. Seburuk-buruk perbuatan pun sebenarnya masih bisa diperbaiki selama orang tersebut masih mau menerima hidupnya sendiri.
Ucapan-ucapan atau tulisan-tulisan ini memang kasar, namun tak ada pilihan lain selain melampiaskan keraguan dan kecewa serta emosi yang tertahankan. Ketika berusaha untuk menjadi sabar apa salah marah ketika ketenangannya direnggut orang lain? Mungkin bahasanya terlalu berlebihan, daripada memukul orang lain, lebih baik memukul sendiri, tak melukai orang lain, tapi bisa meredam sedikit sakit di hati.
Menjadi orang yang amanat bukan hanya tegas dan bertanggung jawab, pilihan terakhir adalah sabar untuk menghadapi apapun yang menghadang.
Saya bukan sastrawan ataupun ahli bahasa, saya hanya orang biasa yang menerima jalan apa adanya. Siap mengahadapi apapun masalah ataupun segi resiko perbuatan yang akan diterima. Sabar mungkin salah satu kuncinya. Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar.


Wednesday 9 April 2014

          Dari dulu gua punya prinsip untuk selalu jadi diri sendiri dan nggak bakal pernah mau jadi orang lain. Tapi mungkin orang lain banyak yang berpikir gua itu bukan gua yang sebenarnya. Semua yang pernah gua kerjakan, dari hobi sampai belajar pun gua masih belajar dari orang lain. Maksud gua disini adalah supaya orang tahu, kalau gua masih “gua”, dan semakin bergeraknya waktu, gua akan berubah, terus berubah. Entah gua akan berubah untuk sesuatu yang membuat gua jadi lebih baik ataupun semakin buruk. Karena gua bukan orang paling sempurna didunia ini, gua bukan orang yang alim selalu menurut aturan yang ada, gua bukan orang yang punya akhlak & bakti yang tulus untuk orang lain.
Gua orang yang paling gampang terbawa lingkungan. Gua belum bisa merubah keadaan sekitar layaknya biji kopi yang direbus dan menghasilkan aroma yang wangi. Gua nggak pernah mau orang lain merubah karakter dan sifat gua semau orang lain, tapi gua selalu menerima kritikkan dan saran dari orang lain. Karena kembali lagi ke awal, inilah gua, apa adanya, dan gua bukan orang lain. Hanya saja gua belajar dari orang lain dan belajar apapun dari orang lain.
Contonhnya, ketika gua latihan basket gua berusaha untuk jadi LeBron James atau Michael Jordan, ketika gua main bola gua berpikir bahwa gua jadi Luiz Suarez, Christian Ronaldo, ataupun Steven Gerrard, ketika gua belajar komputer gua bercita-cita bisa seperti Bill Gates atau Steve Jobs. Gua hanya belajar dari orang disekitar gua, walaupun terkadang ada dari mereka yang kurang baik, apapun semuanya ada sisi positif  walaupun itu sedikit.
Gua bukan orang hebat sekarang ini, tapi gua bisa jadi orang yang lebih hebat beberapa tahun kedepan. Yang gua butuhkan sekarang hanya berpikir diluar orang yang berpikir biasa, maka gua akan menjadi orang yang luar biasa.
Masalah bukan hal yang tabu lagi jika ia selalu datang menghampiri. Dia memang menghimpit, tapi ia begitu luas untuk dipahami. Jika berani masuk, maka harus terima jika tak bisa keluar. Karena disaat itulah darimana kita bisa tahu mana celah yang harus diperluas untuk menciptakan hidup yang begitu indah.




Thursday 27 March 2014


Jika seandainya waktu boleh untuk dibohongi, ingin rasanya meminta waktu untuk lebih membohongi dirinya sendiri meminta kembali masa lalu. Menunda berbagai perbuatan tolol yang sudah terlampau diperbuat. Tapi apa daya, semesta dunia melarang waktu untuk berdusta kepada siapapun. Mungkin waktu takut terusir dari dunia hitungan konversi semesta. Ini bukan penyesalan. Tapi kebencian yang tertanam kepada masa lalu. Hingga kini.
Jika seandainya kata “seandainya” bukan bahasa setan, saya akan terus selalu mengucapkan kata sial ini seumur hidup. Lengkap, hidup akan penuh dengan sejuta penyesalah dengan masa lalu. Aksi lebih besar daripada berbicara tak semudah dibayangkan. Ada saatnya manusia butuh bicara tak hanya sekedar berbuat demi mencapai sesuatu yang ditunggunya. Bicara lebih besar daripada aksi justru lebih bodoh lagi ternyata. Waktu akan semakin habis, suara pun akan cepat habis.
Mati bukan lagi pilihan. Jatuh bangun sudah terlalu membosankan, karena lebih banyak jatuh dan enggan untuk bangun. Di tengah keengganan untuk bangun kembali, manusia lebih memilih cepat untuk mati. Berpikir untuk semua urusan cepat selesai. Bukan lagi derita bukan juga tawa.
Masa lalu hanya bisa dikenang oleh mata. Waktu jadi saksi yang mungkin hidup atau mungkin juga mati. Waktu tak bicara, tapi berbuat. Menyaksikan dan memutar peristiwa. Entah dimana memori atau otak waktu.
Manusia mungkin bodoh, tapi mereka tak akan bisa membodohi waktu. Manusia akan kebingungan untuk melihat waktu dengan mata bodohnya.
Untuk apapun gunanya waktu itu, tetap waktu akan berputar sebagai mana mestinya. Dan kata-kata tipuan manusia hanya bisa menipu satu sama lainnya, tapi mereka tak akan bisa membohongi waktu, justru waktu merekam omong kosong mereka.















Tuesday 11 March 2014





Dunia tak hanya berisi makhluk hidup ataupun makhluk mati. Dunia lebih banyak berisi dengan masalah makhluk hidup, gaya gravitasi, hukum alam. Diri sendiri terkadang akan menganggap hidup adalah musuh terbesar. Setiap optimisme, ada ujian yang mengiringi. Menggoyahkan usaha serta niat. Hingga memberikan nilai hidup berupa karakter ataupun sifat. Di tengah arungan laju kapal perjuangan, ada batu karang ujian yang kokoh menjulang menghalangi lintasan. Terkadang manusia tak kuasa menahan untuk melakukan suatu hal tolol yang dianggap menantang. Hingga akhirnya menjatuhkan diri sendiri ataupun terus menjerumuskan diri sendiri.
Ketika susunan balok cita-cita hampir berdiri kokoh, ada angin berhembus kencang meruntuhkan susunan-susunan balok itu, ataupun tetap berdiri kokoh karena pondasinya yang kuat menahan. Disaat kemenangan teraih, akan ada air mata bahagia yang menetes mengenang berbagai kenangan halangan dan rintangan selama berjuang.
Biarkan malam yang bercerita semuanya tentang derita bumi. Menyelimuti tidurnya dendam setiap insan yang nyata akan kehinaannya. Menghapuskan panasnya siang yang menyimpan berbagai pelampiasan dendam pada dunia. Mencoba memberikan pelajaran atas perlakuan sebab akibat problema hidup manusia. Mencoba menghilangkan rasa dendam didalam hati dan pikiran tiap manusia dengan berbagai hiasan terangnya bintang dan senyumnya rembulan.
Manusia takkan pernah jujur untuk mengatakan kebenaran atas kebencian serta dendam yang dimiliki. Andai saja benda mati mampu mengatakan segala hal layaknya saksi mata kejadian. Hingga menambah derita di bumi.
Kata-kata indah akan selalu menghiasi omong kosong manusia yang membuatnya. Bualan serta cemooh bersembunyi dibaliknya. Terus menghimpit untuk menunjukkan sesuatu yang akan membuat sebuah pecahan kaca kehidupan. Semua kalimat bodoh ini ditulis atas tak sadarnya kepedulian terhadap dunia. Tulisan ini menjadi sebuah bab baru dalam pelajaran cara untuk berpikir.

Monday 24 February 2014

Bahagianya Membahagiakan Orang Lain



“Belajarlah untuk menertawakan diri sendiri”.
Banyak orang yang sudah menanamkan prinsip itu untuk menjadikannya semakin maju dalam apapun. Tapi ada satu hal lagi yang membuat saya ingin melakukannya dengan baik, yaitu bisa menghibur orang dan membuat orang tertawa serta bahagia karena saya. Hal ini memang sulit, tapi itu adalah salah satu kesungguhan dalam hidup saya. Melihat orang bahagia itu bisa membawa semangat bagi orang lain. Mungkin dalam agama hal ini bisa menjadi lebih daripada ibadah, karena senyum sudah bisa dijadikan ibadah, apalagi bisa membuat orang lain bahagia karena kita. Mungkin ibadah kita bisa menjadi berlipat-lipat ganda. Amin J
Tapi pada hakikatnya sebenarnya saya bukanlah apa-apa dalam membuat orang lain tertawa karena saya, bahkan saya mungkin menjadi orang yang memiliki selera humor yang rendah. Tapi, segala usaha yang telah kita lakukan karena niat dalam hati karena semata-mata mencari ridha Allah tidaklah sia-sia. Semakin keras berusaha, semakin baik hasil yang bisa dinikmati.
Mungkin pada saat itulah kali pertamanya saya berusaha dalam menggapai salah satu itikad saya ini. Tapi apa boleh buat? Untuk menjadi yang terbaik tidaklah yang semudah dibayangkan. Kita bisa belajar dari pengalaman.
Celaan, kritikan, ejekan, cacian yang akan kita terima dari orang lain akan selalu memacu kita dalam apapun. “Jangan pernah takut untuk jatuh jika ingin menempati tempat yang paling tinggi, jangan pernah takut mati jika ingin melewati bara api yang panas, jangan pernah takut basah jika ingin melewati hujan yang turun deras”. Tak perlu ragu untuk berkarya, walaupun karya yang kita hasilkan tak seunik yang orang lain miliki. Jangan pernah mencaci karya orang lain, karena lebih baik kita berkarya daripada kita menjatuhkan orang yang lebih bisa berkarya dari kita.
Kita mungkin perlu merasakan bahagianya membahagiakan orang lain. Melihat setiap barisan gigi mereka karena guyonan yang kita lontarkan kepada mereka. Hidup akan terasa lebih indah jika dipenuhi tawa dan bahagia :D










Monday 17 February 2014

The difference





Pengikut, penghibur, pengikut setia, pemuji, motivator, penyemangat. Pengkhianat, perusak, penjatuh, penghancur, pendobrak, penghasut. Dibalik kebahagiaan pasti ada kesedihan. Dibalik jerih payah pasti ada hasil yang memuaskan. Dibalik teman yang membantu pasti ada teman yang menjatuhkan. Semua manusia di dunia pasti meminta keberhasilan, kemenangan, kesuksesan. Memang hal tersulit adalah bagaimana menghadapi karakter atau sifat orang yang berbeda-beda. Tapi itu semua kembali pada kita bagaimana kita menanggapi oang-orang tersebut. Ketegasan pun pasti akan ditanyakan pada diri kita sendiri. Itulah manusia sebagai pemimpin didunia ini.
Bumi itu bulat. Di dalam bulatnya bumi, ada beragam hal yang visual dan ada beragam yang abstrak. Ada banyak hal yang positif dan ada banyak hal yang negatif. Dalam bulatnya bumi ada banyak yang berlawanan. Semua bisa dikendalikan dengan otak manusia yang kecilnya berlipat-lipat dibandingkan dengan luasnya bumi. Tapi hal itu justru yang bisa merubah dunia, ataupun bisa memporak porandakan dunia. Itu bisa dilalakukan dengan satu otak dalam kepala. Apalagi jika ada lebih dari dua kepala, justru bisa menjadikan bumi yang semakin beragam isinya.
Untuk menerima dua ide justru lebih sulit daripada menerima satu ide. Apalagi jika kitalah yang justru berada di posisi paling tinggi. Untuk menerima berbagai ide yang sangat beragam dan bisa bertentangan satu sama lain itu sangat luar biasa sulit jika kita tak bisa menanggapi dari berbagai ide dan menentukan yang terbaik.
Menjadi seorang penilai itu terlihat mudah. Tapi justru menjadi seorang penilai yang “benar” justru itu lebih sulit. Apabila sedikit salah langkah akan menghancurkan lebih dari seribu langkah yang akan dilewati.
Bumi memang bulat, tapi bagaimana manusia membuat akalnya sama bulat dengan bumi. Bagaimana manusia bisa berpikir lebih baik dan benar untuk menentukan bagaimana dunia bisa lebih baik. Sulit takkan ada mudah, buruk takkan ada tanpa baik, letih takkan ada tanpa semangat. Semua ragam ada pada dunia ini, hanya bagaimana manusia menjadikan keragaman menjadi sesuatu hal yang indah.