Saturday, 26 April 2014

    Ditengah nikmaatnya kebebasan orang selalu melupakan jalan yang lurus. Namun ketika kebebasan tersebut diraup kembali oleh orang-orang yang lebih berwenang, mau tak mau kepalan emosilah yang justru ditahan. Setiap manusia memang punya kesalahan, tapi guna dari kesalahan-kesalahan manusia tersebut bukan untuk diungkit-ungkit ataupun diumbar-umbar. Pemegang kewenangan terbesar apabila berselisih atau bertengkar mungkin melampiaskan emosi kepada bawahannya. Hal yang lumrah tapi sulit tuk diterima.
Kebenaran itu harus diterima walaupun itu sulit. Amanat harus dipertanggung jawabkan walaupun pahit. Menjadi baik & benar tak semudah yang dipikirkan. Adaptasi akan menjadi hal yang sulit tuk dilakukan. Walaupun orang baik mengatakan untuk menjadi orang baik & benar itu mudah, mungkin mereka sudah menjadi orang yang paling benar dari awal dan akan terus memaksa orang yang kurang baik untuk berubah.
Orang punya hak untuk marah ataupun emosi apabila kesenangannya direnggut oleh orang yang lebih berwenang diatasnya. Toh, yang merubah seseorang itu justru dirinya sendiri. Jika orang memaksa kehendak orang untuk merubah, yang pasti terjadi orang tersebut akan melampiaskan dendamnya, dan justru akan merubah dirinya menjadi bertambah buruk.
Selagi masih memiliki keinginan belajar untuk hidup, apa salahnya orang itu berbuat salah selagi salahnya itu masih bisa diperbaiki. Seburuk-buruk perbuatan pun sebenarnya masih bisa diperbaiki selama orang tersebut masih mau menerima hidupnya sendiri.
Ucapan-ucapan atau tulisan-tulisan ini memang kasar, namun tak ada pilihan lain selain melampiaskan keraguan dan kecewa serta emosi yang tertahankan. Ketika berusaha untuk menjadi sabar apa salah marah ketika ketenangannya direnggut orang lain? Mungkin bahasanya terlalu berlebihan, daripada memukul orang lain, lebih baik memukul sendiri, tak melukai orang lain, tapi bisa meredam sedikit sakit di hati.
Menjadi orang yang amanat bukan hanya tegas dan bertanggung jawab, pilihan terakhir adalah sabar untuk menghadapi apapun yang menghadang.
Saya bukan sastrawan ataupun ahli bahasa, saya hanya orang biasa yang menerima jalan apa adanya. Siap mengahadapi apapun masalah ataupun segi resiko perbuatan yang akan diterima. Sabar mungkin salah satu kuncinya. Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar.


No comments:

Post a Comment