Saturday 17 May 2014

Selama hidup didunia baru kali ini gua merasakan yang namanya berharap lebih. Entah dari mana lagi perasaan begitu muncul ke gua. Yang gua tahu, perasaan suka sama orang lain ini udah begitu lama gua rasain. Tapi kenapa anehnya sekarang yang bikin gua terbujuk untuk merasakan apa yang teman – teman gua rasakan. Mungkin bisa dibilang wajar untuk remaja seumuran gua yang masih labil. Tapi setahu gua selama gua masih punya perasaan suka gua masih bisa menahan diri.

Gua sampai sekarang masih bisa membedakan rasa suka dari dalam hati (dibaca cinta) sama perasaan nafsu. Gua bisa membedakan itu, tapi ada rasa takut dari diri sendiri kalau ini adalah Cuma nafsu belaka. Gua nggak mau ketika gua pacaran terus gua Cuma punya rasa nafsu aja. Orang – orang yang pacaran pasti bilang itu bukan nafsu. Tapi menurut gua itu adalah nafsu terbesar dari seumuran bocah ingusan yang baru menginjak remaja.

Gua bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dalam pacaran. Entah darimana gua bisa rasain. Dan gua mengabaikan ini begitu saja. Sampai akhirnya gua bisa kepikiran dan terbujuk (karena mungkin terlambat jadi bocah akil baligh). Gua emang tahu orang yang “katanya suka” sama gua. Terkadang gua kasih respons yang berbeda untuk orang-orang tersebut sehingga banyak orang yang salah tanggapan tentang perasaan gua ini. Padahal, kalau orang itu suka sama gua dan gua suka sama dia (sama-sama suka), gua kasih respons yang lebih. Tapi entah oorang masih saja salah tanggapan, kalau gua orang yang gak punya respons perasaan ke orang lain. Dan pada akhirnya entah orang itu masih suka sama gua atau nggak.

Gua suka cari-cari topik untuk mendekatkan diri sama orang yang gua suka, tapi karena gua orang yang gampang minder kalau diolokin akhirnya usaha kayak gitu gagal. Ternyata sifat pemalu dan minder gua belum juga hilang dari kecil -_-

Sekarang yang hanya bisa gua lakukan Cuma berharap dan berharap. Gak seperti teman-teman gua yang berani pinbdah dari satu hati ke hati yang lain, yang dari situ membuat gua terbujuk untuk mencoba melakukan “itu”. Gua coba alihkan perasaan gua ke kegiatan lain yang membuat gua lupa akan pikiran labil ini. Bagaimana pun caranya, gua punya tujuan dan hasil yang jelas dari “kelabilan” ini.

Mungkin gua emang bodoh untuk hal seperti ini, bagaimanapun suka itu sifat alamiah semua orang lain. Gua bisa ngotot kalau ada orang yang melarang gua punya perasaan suka ke orang lain, karena ini fitrah Allah gak mungkin gua membunuh perasaan sendiri walaupun itu nafsu, yang utama setidaknya gua masih bisa mengendalikan siapapun yang akan menjadi milik gua, dan sekali lagi untuk orang yang (akan) gua cintai, dia akan gua lindungi sekuat tenaga gua. =D

Dan terima kasih untuk orang-orang yang telah mengakui gua ada, walaupun gua hanya apa adanya. 

Thursday 8 May 2014


Satu dua langkah boleh maju
Menjauhi gasis awal niat tekad untuk berpacu
Berlari menghindari keterlambatan waktu
Keterlambatan waktu yang menghalangi harapan yang baku
Waktu yang memboikot jalan dengan batu si penjatuh

Harapan yang hanya sekedar berharap untuk dianggap ada
Jasmani yang terlihat tapi jiwa yang tak terlihat
Jiwa yang ada di masing-masing benak orang
Untuk dianggap ada dalam kenyataan
Bukan hanya sekedar debu yang berterbangan tak tahu arah

Meski harapan besar tanpa cinta bagaikan pohon tanpa akar
Ia ada tapi takkan dapat hidup dengan tegar
Kecil tak terlihat tapi bisa menjadi sesuatu yang sangat besar
Bukan seperti jiwa yang tampak tetapi abstrak walau orang lain sadar
Menganggap tak ada karena sesuatu yang tak wajar

Hampir 17 tahun bernafas di waktu yang sama
Mengenali tajamnya kerikil derita, mensyukuri segarnya udara
Mengerti sedikit arti cinta
Bukan karena bergandeng tangan berdua 
Tapi karena pelajaran mereka yang mengajarkan cara untuk menjadi dewasa

Biarkan orang lain menutup matanya rapat-rapat untuk diri kita
Masih ada udara yang masiih mau menghargai dan menerima
Jalannya nafas dalam jantung untuk jiwa raga
Sakit memang terasa tapi ini masih dunia fatamorgana
Takkan ada yang mengalahkan nikmatnya surga

Terima kasih kepada kalian yang mau menerima saya apa adanya
Walau tak sepatah kata kau ucap di hati kau belum menerima
Setidaknya kau telah melihat saya ada
Ada hanya untuk sementara
Entah berapa waktu lagi Tuhan memberikan udara

Harapan dalam hati saya hanyalah satu
Melindungi orang-orang yang saya cintai dan yang (akan) saya cintai
Walaupun nyawa menjadi taruhannya
Belum seberapa cinta yang saya berikan untuk orang yang saya sayangi
Tuhan pasti lebih tahu apa yang masih saya niatkan.