Wednesday 16 July 2014

Calon catatan akhir tahun


Rasanya memang sebentar untuk menempuh sekolah 3 tahun. Tak kerasa. Ada suka, ada duka. Pasti banyak orang yang berkata demikian. Tapi, beda halnya gua. Ada masanya dimana waktu itu terasa lama dan ada masanya waktu terasa sebentar. Entah kenapa, ketika mendapat kenikmatan, waktu seperti singkat. Tapi, ketika mendapat kesulitan rasanya amat sangat lama walaupun masa sulit lah yang kelak membawa masa kenikmatan.

Masih sisa satu tahun lagi bagi gua. Berada di tempat yang gua (paksa) rasa nyaman. Disini, dimana gua mulai mendapat banyak pelajaran. Ya, pelajaran ekstrak. Tapi, ada hal lain yang menurut gua itu pelajaran “menarik” yaitu pelajaran hidup. Tidak sedikit gua menerima pelajaran hidup yang justru lebih banyak daripada pelajaran ekstrak. Padahal tujuan gua disana untuk mendapatkan pelajaran ekstrak. Justru Allah memberikan gua lebih dari hanya sekedar pelajaran kelas biasa. Ya, ini tak akan pernah didapatkan didalam kelas.

2 tahun yang lalu, gua menemukan berbagai macam adaptasi baru. Dan sebenarnya gua adalah seorang adaptor yang sangat buruk. Awal yang sulit bagi gua untuk bergaul dengan orang-orang baru, tapi pikiran gua yang memaksa untuk berbaur dengan mereka. Tempat baru, orang baru, pelajaran baru, makanan baru, hidup baru. Ya, semua serentak terasa beda dari 3 tahun sebelumnya yang gua rasakan dipondok waktu smp (karena gua gak pernah bilang tempat ini pondok). Gua bertemu dengan orang-orang yang luar biasa menurut gua. Menarik perhatian gua untuk dekat dan akrab dengan mereka. Yang membuat gua berubah drastis 360 derajat dari 3 tahun sebelumnya. Awal tahun memang terasa nikmat bagi gua. Hingga tahun-tahun selanjutnya yang memberi gua banyak ujian. Mungkin bukan hanya gua yang menganggap ini ujian, tapi semua teman-teman gua.

1 tahun yang lalu, hampir gua tidak pernah mengurus hidup gua sendiri. Semua gua bebankan pada diri gua sendiri. Urusan bersama. Amanat gua. Tanggung jawab gua. Gua bisa bilang ini adalah tahun sulit bagi gua. Menemukan jati diri gua dimata orang lain. Entah kenapa gua terlambat untuk mengetahui diri gua sebenarnya. Semua keburukan gua muncul di tahun ini, dan gua hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak gua. Yang hanya bisa menolong gua hanya Allah SWT. Gua semakin jauh dari kebaikan, semakin dekat dengan keburukan. Tapi rasanya gua masih mau mengulang tahun ini, gua masih mau menantang waktu. Tapi apa boleh buat, gua perlu harus meningkat dari sebelumnya. Di tahun inilah gua diuji untuk persiapan untuk kehidupan sebenarnya kelak. Harta, pekerjaan, tanggung jawab, dan wanita. Semua tidak mudah tuk dihadapi, gua hanya bisa menjalani. Apa boleh buat gua hanya manusia biasa hanya bisa berusaha. Dari keempat konsep itu baru gua dapatkan “lengkap” pelajarannya setelah gua naik kelas.

Tahun ini, tahun depan, batin gua mengatakan ada banyak hal yang lebih “serius” lagi untuk dihadapi dan diselesaikan. Gua akan mendapatkan banyak cobaan serta rintangan. Entah gua akan terjerumus dalam lubang “lagi” ataupun tidak. Gua akan bertemu dengan orang-orang lama tapi mereka akan menjadi “baru”. Layaknya gua harus asah pedang gua kembali. Siap menebas musuh atau diri sendiri. Hanya kenikmatan sementara yang bisa menebas diri sendiri. Darimana gua mendapatkan prediksi ini? Entahlah, mungkin hati nurani lagi yang membisik.