Rasanya memang sebentar untuk menempuh
sekolah 3 tahun. Tak kerasa. Ada suka, ada duka. Pasti banyak orang yang
berkata demikian. Tapi, beda halnya gua. Ada masanya dimana waktu itu terasa
lama dan ada masanya waktu terasa sebentar. Entah kenapa, ketika mendapat
kenikmatan, waktu seperti singkat. Tapi, ketika mendapat kesulitan rasanya amat
sangat lama walaupun masa sulit lah yang kelak membawa masa kenikmatan.
Masih sisa satu tahun lagi bagi gua.
Berada di tempat yang gua (paksa) rasa nyaman. Disini, dimana gua mulai
mendapat banyak pelajaran. Ya, pelajaran ekstrak. Tapi, ada hal lain yang
menurut gua itu pelajaran “menarik” yaitu pelajaran hidup. Tidak sedikit gua
menerima pelajaran hidup yang justru lebih banyak daripada pelajaran ekstrak.
Padahal tujuan gua disana untuk mendapatkan pelajaran ekstrak. Justru Allah
memberikan gua lebih dari hanya sekedar pelajaran kelas biasa. Ya, ini tak akan
pernah didapatkan didalam kelas.
2 tahun yang lalu, gua menemukan
berbagai macam adaptasi baru. Dan sebenarnya gua adalah seorang adaptor yang
sangat buruk. Awal yang sulit bagi gua untuk bergaul dengan orang-orang baru,
tapi pikiran gua yang memaksa untuk berbaur dengan mereka. Tempat baru, orang
baru, pelajaran baru, makanan baru, hidup baru. Ya, semua serentak terasa beda
dari 3 tahun sebelumnya yang gua rasakan dipondok waktu smp (karena gua gak
pernah bilang tempat ini pondok). Gua bertemu dengan orang-orang yang luar
biasa menurut gua. Menarik perhatian gua untuk dekat dan akrab dengan mereka.
Yang membuat gua berubah drastis 360 derajat dari 3 tahun sebelumnya. Awal
tahun memang terasa nikmat bagi gua. Hingga tahun-tahun selanjutnya yang
memberi gua banyak ujian. Mungkin bukan hanya gua yang menganggap ini ujian,
tapi semua teman-teman gua.
1 tahun yang lalu, hampir gua tidak
pernah mengurus hidup gua sendiri. Semua gua bebankan pada diri gua sendiri.
Urusan bersama. Amanat gua. Tanggung jawab gua. Gua bisa bilang ini adalah
tahun sulit bagi gua. Menemukan jati diri gua dimata orang lain. Entah kenapa
gua terlambat untuk mengetahui diri gua sebenarnya. Semua keburukan gua muncul
di tahun ini, dan gua hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak gua. Yang
hanya bisa menolong gua hanya Allah SWT. Gua semakin jauh dari kebaikan,
semakin dekat dengan keburukan. Tapi rasanya gua masih mau mengulang tahun ini,
gua masih mau menantang waktu. Tapi apa boleh buat, gua perlu harus meningkat
dari sebelumnya. Di tahun inilah gua diuji untuk persiapan untuk kehidupan
sebenarnya kelak. Harta, pekerjaan, tanggung jawab, dan wanita. Semua tidak
mudah tuk dihadapi, gua hanya bisa menjalani. Apa boleh buat gua hanya manusia
biasa hanya bisa berusaha. Dari keempat konsep itu baru gua dapatkan “lengkap”
pelajarannya setelah gua naik kelas.
Tahun ini, tahun depan, batin gua
mengatakan ada banyak hal yang lebih “serius” lagi untuk dihadapi dan
diselesaikan. Gua akan mendapatkan banyak cobaan serta rintangan. Entah gua
akan terjerumus dalam lubang “lagi” ataupun tidak. Gua akan bertemu dengan
orang-orang lama tapi mereka akan menjadi “baru”. Layaknya gua harus asah pedang gua kembali. Siap menebas musuh atau diri sendiri. Hanya kenikmatan sementara yang bisa menebas diri sendiri. Darimana gua mendapatkan
prediksi ini? Entahlah, mungkin hati nurani lagi yang membisik.