Tragedi ironis pada fenomena atmosfir pendidikan. Nikmat
hidup hanya tinggal embel-embel basi yang terlalu alot untuk dicamkan. Apa yang
dapat diambil dari keuntungan duduk dibangku kelas? Tontonan film orasi yang
membosankan. Dimana ada sesosok objek berdiri menyuapi sesuatu yang sebenarnya
tidak bisa disuap kepada seorang manusia. Sesosok yang seharusnya membangun
kreatifitas, kedisiplinan berpikir, dan kecerdasan. Sekarang sungguh amat
langka sesosok yang membuang egosentrisnya (yang rata-rata kehausan nilai mata
uang) untuk membangun opini menjadi teori. Bahkan sebuah materi pun tak
berharga apapun lagi dikala ruangan yang seharusnya diramaikan oleh pertempuran
ide menjadi ruangan yang mistis. Terlalu ditakuti oleh manusia-manusia yang
menduduki kursi-kursi diruangan itu.
Kala pemerintah yang otoriter namun pengajar yang demokratis
telah diputar balik menjadi pemerintah demokratis namun pengajar otoriter
(ditambah skeptis). Idealisme menjadi relatif harganya sesuai dengan keadaan.
Yah, sungguh memilukan. Hingga tak ada materi yang mengajarkan bagaimana
menikmati ilmu. Bagaimana cara merasakan kesegaran ilmu ditengah kebodohan
opini yang menjamur? Ternyata mata air ilmu telah rusak oleh bencana. Bencana
ketidak pedulian dan ketamakan. Tidak peduli akan pentingnya menjaga tatanan alam kecerdasan,
tamak akan keyakinan idealisme materi adalah segalanya.
Masuk dalam kelas setiap hari demi dewasa mendapat profesi.
Ukuran besaran nilai bukan hanya dibangku pendidikan, namun dilapangan
kehidupan. Tak masalah jika ukuran besaran itu hanya berada pada lapangan
pekerjaan. Nahas, sibuk mencari kuliah dengan susah payah, lulus hanya diambil
“tenaganya”. Beginikah hasil revolusi mendapatkan reformasi? Menggulingkan
subjek berkuasa kemudian bergembira akan “kebebasan”. Sampai lupa bahwa merdeka
bukan menciptakan kelas hampa.
Tak salah bilamana aku terkantuk dalam ruang hampa dengan
nyanyian perantara. Tak usah risau lagi jika nilai mata kuliah tak terhitung
tinggi. Pada kenyataannya nilai realitaslah yang menyanggupi mengangkat
seseorang. Ilmu sekarang tak lagi didapat dari dalam kelas namun dapat diambil
dari ruang realitas. Jadi, jangan lupa siapkan bumbu sebelum menyantap ilmu.